TANAMAN OBAT
DISUSUN OLEH
TIMOTIUS KUNIAWAN (0803015027)
SAMID ANJASMARA (08030150O5)
YATNOPUJIONO (0803015107)
TRI INDRAYANA (0803015090)
ARIEF BUDIMAN (0803015027)
SUTRISMAN (0803015113)
WAHYUDI CAHYONO
(0803015110)
SUSANTI (05478441074903)
DESI ISLAMI A (05478590751403)
ROSALINA ROTTIE (05478310748603)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2009
Acacia sieberiana (Akasia)
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Suku : Leguminase
Marga : Acacia
Jenis : Acacia sieberriana
Nama Umum : Akasia
Nama daerah : Jawa ( akasia)
Deskripsi gbr. Acacia sieberiana
Hisbistus : Pohon, timgggi 15-20 m
Batang : Tegak, bulat, putih, kotor
Daun : Majemuk, berhadapan, menyirip, lonjong, tepi ratta, ujung dan pangkal tumpul, panjang 5-20 cm, lebar 1-2 cm, pertuluangan menyiri dan hijau.
Buah : Polong, saat muda berwarna hijau setelah tua berwarna coklat
Bunga : Majemuk, berkelamin dua (sempurna), daun kelopak silindris, benang sari silindris, kepala sari berbentuk ginjal, mahkota putih, berbentuk seperti kuku (putih)
Biji : lonjong pipoih coklat
Akar : tunggang, putih, kotor
Khasiat :
Untuk obat demam dipakai kurang lebiih 10 gram akar Acacia siberrina kemudian direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit kemudian dinginkan dan disaring, hasil saringan diminumkan dua kali sehari sama banyak pagi dan sore.
Kandungan kimia
Akar, daun dan buah Acacia siberrina mengandung saporin, disamping itu daun dan buahnya mengandung favonoda dan buahnya mengandung polifenol.
Imperata cylindrica beauv. ( alang-alang)
Kalsifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Poales
Suku : Gramineae
Marga : Imperata
Jenis : Imperata cylindrica beauv
Nama umum dagang : Alang-alang gbr. Imperata clindrica beauv (alang-alang)
Nama daerah :
Sumatera : Rih (batak), Alalang (Minangkabau) Nelelng laku (Aceh)
Jawa : Ki Eurih (Sunda) alalng-alalng (Jawa) lalang (madura)
Kalimantan : Halalang
Deskripsi:
Habitus : semak, menahun, tinggi 1-1,5 cm
Batang : Lunak, bulat, pendek beruas-ruas, pada tiap buku terdapat rambut putih keunguan.
Daun : Tunggal, lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal menyempit panjang kurang lebih 1 m, dan lebar kurang lebih 1,5 cm, warna hijau.
Bunga : majemuk bentuk malai, panjang kurang 18-30 cm, benang sari dua, tangkai putik dua, kepala putik panjang putih keunguan.
Buah : Buni bulat telur, berbulu, kuning
Biji : Bulat, Coklat
Akar : Serabut, Putih Kotor
Khasiat : mampu menjadi peluruh air seni, dipakai ± 10 gram akar segar Imperata cylindrica, dicuci dan direbus dengan 3 gelas air, hingga irnya bersisi satu gelas, kemudian disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
Kandungan kimia : akar Imperata cylindrica mengandung saporin dan tanin, sedangkan daunya mengandung polifenol
Arenga pinnata merr. (Aren)
Sinonim : Arenga saccharifera labiil
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Spadicitlorae
Marga : Arenga
Jenis : Arenga pinnata merr gbr. Arenga pinnata merr (aren)
Nama umum/dagang : Aren
Nama daerah : are (Jateng), pola (sumbawa), aren (Madura), selo (ternate)
Deskripsi :
Habitus : Pohon tegak, tinggi 15-30 m.
Batang : Bulat diameter ± 65 cm, hijau kecoklatan
Daun : Berupa roset batang, berpelepah, tangkai 6-12 m. anak daun berbentuk janset, menyirip, pangkalmembulat, ujung runcing, tepi rata, panjang ± 1,5 m, lebar ± 7 cm, tangkai pendek, hijau muda, hijau tua.
Bunga : majemuk, berkelamin tunggal, bentuk tongkol diketiak daun, panjang tangkai ± 2,5 m, bunga jantan dan betina menyatu pada tongkol, panjang 0,5-1,5 m, bungaa jantan panjang1-1,25 cm, daun kelopak tiga, bulat telur, benang sari banyak, kepala sari berbentuk jarum, bunga betina bulat, bakal buah tiga, putik tiga berwarna putih, mahkota berbagi tiga, kuning keputih-putihan.
Buah : Bulat peluru, ujung melengkung kedalam atau rompang diameter 3-5 cm, coklat.
Biji : bulat telur, berwarna hitam
Akar : serabut kekuning-kuningan
Khasiat : akar arenga pinnata berkhasiat sebagai peluruh air seni dan peluruh haid. Getah hasil sadapan berkhasiat sebagai obat sariawan, urus-urus, dan obat radang paru-paru. Untu peluruh air seni akar segar arenga pinnata dicuci, dipotong kecil-kecil, direbus dengan dua gelas air selama 15 menit, setelah dingin di saring. Hasil saringan diminum dua kali sehari sama banyak pagi dan sore.
Kandungan kimia : Akar arnga pinnata mengandung saponin,flavonoida dan plifen
Crinum asiaticum L (Bakung)
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyldonae
Bangsa : Liliaceae
Suku : Amarylidaceae
Marga : Crinum
Jenis : Crinum asiaticum.
Nama umum dagang : Bakung gbr. Cirnum asiasicum L (bakung)
Nama daerah :
Sumatra : bangkong (batak), semur (Bangka)
Jawa : Bakung (sunda, jawa tengah)
Deskripsi:
Hisbitus : Herba, tanunan, tinggi ± 1,3 m
Batang : Semu diameter ± 10 m, tegak, lunak, putih kehijauan
Daun : Tunggal, lanset, panjang 32-120 cm, lebar 3-10 cm, tebal, bertepi rata, ujung meruncing, pangkal tumpul, bila dipotong melintang nampak lubng-lubang hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk tangkai payung, tangkai pipih, tebal, panjang 35-120cm, pangkal mahkota berdekatan, bebentuk corong, putih, ptik panjang ± 16 cm, ungu, benang sari melengkung keluar, tangkai sari panjang 5-10 cm, kepala sari berwarna jingga, bakal buah berbentuk elips, panjang ± 1,5 cm. berwarna putih keunguan.
Buah : kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji
Biji : keras, bentuk ginjal, panjang ± 5 cm, berwarna hitam.
Akar : serabut berbentuk silindris dan berwarna putih.
Khasiat : Akar Crinum asiaticum berkhasiat sebagai peluruh keringat dan obat luka, serta daun dapat menjadi obat bengkak (keseleo) untuk peluruh keringat, dipakai ± 10 gram akar segar Crinum asiasticum dipotong kecil-kecil kemudian direbus dengan 2 gelas air selama 20 menit, dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum dua kali sehari sama banyak pagi dan sore.
Kandungan Kimia : akar dan daun Crinum asiaticum, akaloida, saporin dan flavonoida serta polifenol. Sedangkan bunganya mengandung saporin, flavonoida dan tanin
Amaranthus butum MQ (Bayam lemah)
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Suku : Amaranthaceae
Marga : Amaranthus
Jenis : Amaranthus bitum MQ gbr. Amaranthus butum MQ(Bayam lemah)
Nama umum : Bayam Lemah
Nama daerah : Bayayam, Bayam monyet (melayu, sumatera), bayam lemah (sunda,jawa )
Deskripsi
Habitus : Semak, dengan tinggi ± 60 cm
Batang : Tegak, masif, bulat, licin, percabangan monopodial.
Daun :Tunggal, berseling lonjong, tepi rata, ujung berlekuk, pangkal meruncing, panjang 7-11 cm , lebar 2-5 cm pertulangan menyirip, tangkai panjang 1,5-7 cm, dengan warna hijau keunguan.
Bunga : majemuk, bentuk butir, berkelamin dua, di ketiak daun dan ujung cabang, tangkai bulat panjang 2-4 cm, warna hijau, kelopak berbentuk tabung, ujung bercangap, permukaan halus, berwarna hijau, benang sari berbentuk silindris, berwarna putih, putik bulat hijau, kepala putik bulat, ungu, mahkota putih keungu-unguan.
Buah : seperti batu, kecil dan berwarna coklat
Biji : Bulat, kecil, hitam
Akar : tunggang, silindris berwarna putih agak kecoklatan
Khasiat : batang dan daun Amaranthus bitum berkhasiat untuk memperbaiki pencernaan dan penambah darah. Untuk memperbaiki pencernaan dipakai ± 20 gram batang dan daun segar Amaranthus bitum, yang kemudian direbus engan 2 gelas air putih selama 15 menit, dinginkan dan disaring, hasil saringan ini diminum dua kali sama banyak pagi dan sore.
Kandungan kimia : Batang dan daun Amaranthus bitum mangandung saporin dan flavonoida.
JAHE (Zingiber officinale)
klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Zingiber gbr. Zingiber officinale (Jahe)
Species : Zingiber officinale
Jahe (Zingiber officinale) telah lama dikenal dan ditanam orang walaupun tak seorangpun tahu dari mana asal tumbuhan ini. Di Cina, jahe yang dikeringkan pertama kali disebut-sebut dalam ramuan yang ditujukan pada Divine Plowman Emperor Shen Nong yang hidup 2000 sebelum Masehi. Jahe juga tumbuh beratus-ratus tahun di India, mencapai Barat setidaknya 2.000 tahun lalu. Sedangkan referensi jahe di temukan abad 11 dalam buku pengobatan Anglo-Saxon.
Di Cina, jahe segar dan kering selalu dianggap memiliki substansi berbeda. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), jahe segar yang disebut sheng-jiang digunakan untuk menyembuhkan flu dan mual sementara jahe kering yang disebut gan-jiang berguna untuk menyembuhan sakit perut, batuk, diare dan rematik.
Di India, jahe segar digunakan untuk menyembuhkan mual, asma, batuk, sakit perut, jantung berdebar, kembung , gangguan pencernaan dan hilang selera makan serta rematik. Sementara itu, penelitian modern juga mendukung beberapa penggunaan jahe sebagai obat secara tradisional. Ekstrak jahe baik segar ataupun kering telah diteliti sangat efektif dalam mencegah bakteri, jamur, sawan, bisul, sekresi perut, tumor, kejang urat dan alergi.
Percobaan yang dilakukan pada tikus di Cina dan Eropa menunjukkan jahe segar menyembuhkan sakit dan peradangan. Dalam penelitian lain menunjukkan jahe dapat menghalangi oksidasi yang dihubungkan pada resiko kanker, dan tumbuhnya mikroba. Penelitian lebih jauh dilakukan oleh peneliti Jepang menunjukkan jahe dapat menurunkan tekanan darah dengan menghalangi aliran darah juga mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
Di Jerman, produk jahe terbukti dapat menyembuhkan mual dan mencegah sakit akibat perjalanan. Rata-rata dosis per hari yang dianjurkan untuk dikonsumsi tidak lebih dari 2 gram jahe kering
KINA (Chinchona spp. )
Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon.
Nama daerah : kina, kina merah, kina kalisaya, kina ledgeriana
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Rubiaceae
Genus : Chinchona
Spesies : Chinchona spp.
Jenis Tanaman gbr. Kina (Chinchona spp.)
Dari sekian banyaknya spesies kina di Indonesia, hanya 2 spesies yangpenting yaitu C. succirubra Pavon (kina succi) yang dipakai sebagai batang bawah dan C. ledgriana (kina ledger) sebagai bahan tanaman batang atas. Klon-klon unggul yang dianjurkan adalah antara lain: Cib 6, KP 105, KP 473, KP 484dan QRC. C. calisaya Wedd. (kina kalisaya) juga banyak dikenal dan ditanam oleh masyarakat.
Manfaat Tanaman
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik.
KUMIS KUCING (Orthosiphon spp)
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Austr alia.
Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), sesalaseyan, songkot koceng (Madura).
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp
Jenis Tanaman gbr. Kumis kucing (Orthosipon spp)
Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah aristatus, thymiflorus, petiolaris dan tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.
Manfaat Tanaman
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obatobatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.
KUNYIT (Curcuma domestica Val.)
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan
khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
Jenis Tanaman gbr. Curcuma domestica Val. (kunyit)
Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya.
Manfaat Tanaman
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza)
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Manfaat Tanaman gbr. Curcuma xanthorrhiza (temulawak)
Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.
KELOR (Moringa oleifera, Lamk.)
Sinonim :
Moringa pterygosperma, Gaertn.
Familia :
Moringacaea
Gbr. Moringa olifera, Lamk (Kelor)
Uraian :
Kelor (MORINGA OLEIVERA) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 - 11meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.
NamaLokal : Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano ( Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor);
Pemanfaatan :
1. Sakit Kuning
Bahan: 3-7 gagang daun kelor, 1 sendok makan madu dan 1 gelas air kelapa hijau; Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air kelapa dan disaring. Kemudian ditambah 1 sendok makan madu dan diaduk
sampai merata.Cara menggunakan: diminum, dan dilakukan secara rutin sampai sembuh.
2. Reumatik, Nyeri dan Pegal Linu
Bahan: 2-3 gagang daun kelor, 1/2 sendok makan kapur sirih;Cara Membuat: Kedua bahan tersebut ditumbuk halus; Cara menggunakan: dipakai untuk obat gosok (param).
3. Rabun Ayam
Bahan: 3 gagang daun kelor; Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diseduh dengan 1 gelas air masak dan disaring. Kemudian dicampur dengan madu dan diaduk sampai merata. Cara menggunakan: diminum sebelum tidur.
4. Sakit Mata
Bahan: 3 gagang daun kelor; Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air dan diaduk sampai merata. Kemudian didiamkan sejenak sampai ampasnya mengendap; Cara menggunakan: air ramuan tersebut digunakan sebagai obat tetes mata.
5. Sukar Buang Air Kecil
Bahan: 1 sendok sari daun kelor dan sari buah ketimun atau wortel yang telah diparut dalam jumlah yang sama;Cara Membuat: Bahan-bahan tersebut dicampur dan ditambah dengan 1 gelas air, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum setiap hari.
6. Cacingan
Bahan: 3 gagang daun kelor, 1 gagang daun cabai, 1-2 batang meniran;Cara Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum.
7. Biduren (alergi)
Bahan: 1-3 gagang daun kelor, 1 siung bawang merah dan adas pulasari secukupnya; Cara Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore
8. Luka bernanah
Bahan: 3-7 gagang daun kelor;Cara Membuat: daun kelor ditumbuk sampai halus. Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian yang luka sebagai obat luar.
Portulaka
(Portulaca grandiflora Hook.)
Familia :
Portulacaceae
Gbr. Portulaca grandiflora Hook.(portulaka)
Uraian:
Portulaka berasal dari Brazilia. Biasanya, ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan atau di taman-taman. Herba ini memerlukan sinar matahari penuh agar tumbuh subur dan berbunga meriah. Portulaka dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m dpl. Terna semusim yang berbatang basah ini tumbuh terlentang atau naik ke atas, panjang 15--30 cm, sering bercabang mulai dari pangkalnya, pada ruasnya berambut halus, dan warnanya merah atau hijau. Daun tunggal, letak tersebar, tidak bertangkai, di ujung batang berjejal rapat, ke bagian pangkal daunnya lebih jarang. Helaian daun tebal berdaging, berair, bentuk jarum, bulat silindris, ujungnya tumpul, panjang 1--3,5 cm, warnanya hijau. Bunga berkumpul berkelompok 2--8 di ujung batang, mekar pada pukul delapan pagi dan layu menjelang sore, warnanya merah, dadu, putih, oranye, atau kuning. Buah bentuknya bulat telur, permukaan berambut, panjang 5--8 mm. Biji bulat, jumlah banyak, kecil, dan berwarna cokelat muda. Perbanyakan dengan stek batang atau biji yang sudah tua.
Nama Lokal :
NAMA DAERAH Bunga pegawai tinggi, kembang tabuh delapan, sutera bombay, apulaka, cantik manis. NAMA ASING Ban zhi lian (C), Portulak (B), rose-moss, sun plant (I). NAMA SIMPLISIA Portulacae grandiflorae Herba (herba portulaka)
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Herba ini rasanya pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat menghilangkan bengkak, penghilang nyeri (analgesik), antiradang, dan menghilangkan bekuan darah.
BAGIANYANG DIGUNAKAN
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah seluruh herba dalam bentuk segar.
INDIKASI
Herba digunakan untuk mengatasi: sakit tenggorok, sakit kepala, radang hati (hepatitis), danbengkak akibat terbentur (memar).
CARA PEMAKAIAN
Rebus seluruh herba (15--30 g) dan minum setelah dingin. Bisa juga herba segar dijus, lalu minum.Untuk pemakaian luar, cuci herba segar secukupnya, lalu giling sampaihalus. Tempelkan pada bagian yang sakit, seperti gigitan serangga,bisul, koreng, atau memar, lalu balut. Air perasan gilingan herba segarjuga bisa digunakan untuk mencuci dan mengompres ekzema, luka bakar, atau tersiram air panas.
CONTOH PEMAKAIAN
1. Sakit tenggorok
Cuci herba portulaka segar, lalu giling sampai halus dan peras sampaiairnya terkumpul satu cangkir. Tambahkan sedikit boraks, lalu gunakanuntuk kumur-kumur.Hepatitis Cuci herba portulaka segar (30 g), lalu giling sampai halus. Peras dengan sepotong kain, lalu minum air yang terkumpul sekaligus. Lakukan 2--3 kali sehari sampai sembuh.
2. Ekzema pada bayi
Cuci herba segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Gunakan airperasannya untuk mengompres ekzema. Bisul, koreng Cuci tangkai segar sampai bersih, lalu giling halus. Bubuhkan ke tempat yang sakit, lalu balut. Ganti 2--3 kali dalam sehari.
Catatan
Ibu hamil dilarang minum rebusan herba ini.
Tempuyung
(Sonchus arvensis L.)
Familia Gbr. Sonchus averensis (tempuyung)
Asteraccae (Compositac)
Uraian :
Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut rayana. Batang muda dan daun walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalap. Perbanyakan dengan biji.
Nama Lokal :
Jombang, j. lalakina, galibug, lempung, rayana (Sunda).; Tempuyung (Jawa
Penyakit yan dapat di obati :
Batu saluran kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik goat, Radang usus buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), bisul; Beser mani (spermatorea), darah tinggi (hipertensi), luka bakar,; Pendengaran kurang (tuli), memar.
BAGIANYANG DIGUNAKAN : Daun atau seluruh tumbuhan.
Tempuyung dapat mengatasi:
- batu saluran kencing dan batu empedu, radang usus buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), disentri wasir, beser mani (spermatorea),darah tinggi(hipertensi),pendengaran berkurang (tuli),rematik gout, memar,dan,bisul, luka bakar.
CARA PEMAKAIAN : Daun atau seluruh tumbuhansebanyak 15 - 60 g direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, herba segar digiling halus lalu ditempelkan ke tempat yang sakit atau diperasdan airnya untuk kompres bisul, luka bakar, dan wasir.
CONTOH PEMAKAIAN:
1. Radang payudara
Tumbuhan tempuyung segar sebanyak 15 g direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingindisaring, lalu diminum sekaligus. Lakukan 2 - 3 kali sehari.
2. Bisul
Batang dan daun tempuyung segar secukupnya dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Air perasannya digunakan untuk mengompres bisul.
3. Darahtinggi, kandung kencing dan kandung empedu berbatu
Daun tempuyung segarsebanyak 5 lembar dicuci lalu diasapkan sebentar. Makan sebagai lalap bersama makan nasi. Lakukan 3 kali sehari.
4. Kencing batu
a. Daun tempuyung kering sebanyak 250 mg direbus dengan 250 cc air bersih sampai tersisa 150 cc. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kali minum. Habiskan dalam sehari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
b.Daun tempuyung, daun avokad (Persea americana), daun sawi tanah(Nasturtium montanum), seluruhnya bahan segar sebanyak 5 lembar, dan 2 jari gula enau dicuci bersih lalu direbus dalam 3 gelas air bersih sampai tersisa 3/4-nya. Setelah dingin disaring. Air yang terkumpuldiminum 3 kali sehari, masing-masing 3/4 gelas.
c. Daun tempuyung dan daun keji beling (Strobilanthes crispus) segar masing-masing 5 lembar, jagung muda 6 buah, dan 3 jari gula enau dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 3/4-nya.Setelah dingin disaring, lalu diminum 3 kali sehari, masing-masing ¾ gelas
5. Pendengaran berkurang (tuli)
Herba tempuyung segar dicuci bersih lalu dibilas dengan air masak. Giling sampai halus, lalu diperas dengankain bersih. Airnya diteteskan pada telinga yang tuli. Lakukan 3-4 kali sehari.
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Tempuyung rasanya pahit dan dingin.
KANDUNGAN KIMIA : Tempuyung mengandung oc-laktuserol, Plaktuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, dan taraksasterol.
EFEK FARMAKOLOGIS DAN HASIL PENELITIAN :
1. Penelitian pengaruh ekstrak air dan ekstrak alkohol daun tempuyung terhadap volume urine tikus in vivo dan pelarutan batu ginjal in vitro, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. daun tempuyung tidak secara jelas mempunyai efek diuretik, namun mempunyai daya melarutkan batu ginjal. b. daya melarutkan batu ginjal oleh ekstrak air lebih baik daripada ekstrak alkohol (Giri Hardiyatmo, Fak. Farmasi UGM, 1988).
2. Praperlakuan flavonoid fraksi etil asetat daun tempuyung mampu menghambat hepatotoksisitas karbon tetrakiorida (CCL 4) yang diberikan pada mencit jantan (Atiek Liestyaningsih, Fak. Farmasi UGM, 1991).
Tunjung
(Nymphaea lotus L.)
Sinonim :
= Nymphaea lotus, Linn.var.pubescens, (Willd.) Hook.f.& Thoms,
Familia :
Nymphaeaceae
Uraian : (gbr. Nympaea lotus L. )
Tanaman air atau rawa, tumbuh liar pada genangan air yang dangkal atau dipelihara di kolam-kolam sebagai penghias kolam di taman. Asalnya dari Afrika. Daun dan bunga keluar dari akar rimpang di dalam tanah yang tumbuh ke atas pada permukaan air. Daun mengapung pada permukaan air, sedang bunga pada air yang dangkal akan muncul di atas permukaan air. Helaian daun bangun perisai, bundar lonjong kadang melipat, tepi bergerigi, bagian pangkainya bercangap sempit dan dalam, warnanya hijau, bagian bawah warnanya lebih muda dan berambut pendek yang rapat. Ukuran daun, panjang 15-50 cm, lebar 12-45 cm. Bunga agak berbau busuk, mekar pada malam hari dan menutup pada siang hari. Daun mahkota 13-28, warnanya putih, kuning atau merah keunguan. Buah masak dibawah air, serupa spons, membuka tidak beraturan. Bunga warna putih (white water lily) lebih disukai untuk digunakan dalam pengobatan.
Nama Lokal :
Tarate kecil, tarate utan, tunjung putih (Indonesia); Tunjung bodas, tunjung tutur (Sunda).;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Kejang, pingsan, mabuk alkohol, bisul, radang, tumor, borok; Diabetes. TBC paru, menekan fungsi seksual;
BAGIAN YANG DIPAKAI:
Bunga, akar. Pemakaian segar atau yang telah dikeringkan.
KEGUNAAN:
Bunga:
- Kejang pada anak.
- Pingsan karena udara panas (heat stroke).
- Mabuk alkohol.
- Menekan fungsi seksual (anaphrodisiac).
- Penyakit kulit seperti bisul, radang, tumor dan borok.
- Kencing manis (diabetes).
Akar :
- TBC paru.
PEMAKAIAN:
Untuk minum: Bunga 3-5 kuntum, akar 6-9 g, direbus.
Elaeocarpus grandiflora J. E SMITH (anyang-anyang)
Sinonim : Elaocarpus lanoeta BL
Monoera lanceolata Hassk
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : dicotyledoneae
Bangsa : Malvales gbr. Eleocarpus grandiflora J.E Smith (annyang-anyang)
Suku : Eleooarpaceaae
Marga : Elaocarpus
Jenis : Elaeocarpus grandiflora J. E Smith
Nama umum : anyang-anyang
Nama daerah : Anyang-anyang (sunda,jawa)
Deskripsi
Habitus : Pohon tinggi 15-25 cm
Batang : Tegak, berkayu bulat, percabangan simpodial, berwarna hijau pucat.
Daun : Tunggal, berseling, bentuk lonjong, tepi rata dengan ujung runcing, pangkal meruncing,
Panjang 10-13 cm lebar 2-3 cm bertangkai pendek warna hijau keunguan, pertulangan menyirip hijau pucat.
Bunga : Tunggal, kelopak berbagi panjang 5-10 cm, hijsu pucat, benang sari silindris panjang 1-2 cm, putih, mahkota bebagi.
Buah : Berbentuk bulat telur, berambut keras dan berwarna hijau.
Biji : Bulat, diameter ± 0,3 cm, berwarna coklat
Akar : Tunggang berwarna putih.
Khasiat :
Buah Eleocarpus grandiflora berkhasiat untuk pelancar air seni dan daun mudanya berkhasiat sebagai obat borok dan bisul. Untuk pelancar air seni, di[akai ± 10 gram buah Eleocarpus grandiflora yang sudah tua, direbus dengan satu gelass air sampai air rebusannya tesisa setengah, didinginginkan kemudian disaring lalu di minum sekaligus.
Kandungan kimia :
Daun buah dan kulit batang Eleocarpus glandiflora mengandun saponin dan flavonoida. Disampping itu daun dan kulit batangnya juga mengandung polifenol dan daun serta buahnya mengandung tanin.
Rubus reflexus Keer (Arbei hutan)
Klasifikasi
Divisi : Spematophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : dicotyledoneae
Bangsa : Rosales
Suku : Rosaceae
Marga : Rubus
Jenis : Rubus reflexus Ker. Gbr. Rubus reflexus keer (arbei hutan)
Nama umum : Arbei hutan
Nama daerah : Arbeihutan (sunda), guacenalas (jawa)
Deskripsi
Habitus : terma memanjat atau merambat, panjang 1-3 cm
Batang : Bulat, berkayu, berduri, coklat kehijauan.
Daun : Tunggal tersebar, berseling, tangkai silindris, berduri, panjang 3-8 cm hijau keunguan, helaian daun berbentuk oval, ujung runcing, pangkal daun bertoreh, tepi berlekuk, panjang 5-15 cm, lebar 4-13 cm. Pertulangan menjari, permukaan berbulu kasar, sisi atas berwarna hijau, dan sisi bawah berwarna hijau keputihan.
Bunga : Majemuk, di ketiak daun atau diujung batang berbentuk malai, kelopak berlepasan, ujung runcing, lima helai, berbulu kasar, paajang 3-5 mm, berwarna hijau, benang sari berjumlah banyak, putih, bakal buah menumpang, mahkota berlepasan , lima helai panjang 0,5-2cm halus putih.
Buah : Lunak, berbentuk bulat telur, panjang 0,5-1 cm saat muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna ungu.
Biji : Bentuk bulat, keras, kecil, dan berwarna kelabu.
Akar : Serabut, berwarna kuning kecoklatan
Eklogi dan penyebaran
Merupakan tumbuhan liar di hutan-hutan tepi jalan dan semak belukar, pada ketinggian 1000-2500 m diatas permukaan laut. Berbunga pada musim kemarau dan pegumpulan bahan sebaliknya dilakukan pada bulan agustus sampai oktober dan pemanenan dapat dilakukan sepanjang tahun.
Bagian yang digunakan :
Daun, buah, akar, dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan
Kegunaan:
Anti diare, anti ambaien, dan obat sariawan.
Khasiat dan Pemanfaatan :
1. Obat diare, daun arbei hutan sebanyak 30 gram dicuci bersih, direbus dengan 400 ml air sampai mendidih selama 15 menit disaring, diminum sama banyak tiga kali sehari.
2. Obat ambaien (wasir), akar arbei hutan sebanyak 15 gram direbus dengan 400 ml air sampai mendidih selama 15 menit, diminum sama banyak dua kali sehari pagi dan sore.
Kandungan Kimia :
Daun dan akar arbei hutan mengandung saponin, flavonoida, dan tanin sedangkan buahnya mengandung vitamin c.
Trevesia sundaica MIQ (Burang)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Apiales
Suku : Araliaceae
Marga : Trevesia
Jenis : Trevesia sundica gbr. Trevesia sundica MQ (Burang)
Nama umum : Burang
Nama Daerah : Panggang, panggang cucuk, panggangan (Sunda), Borang, Gorang (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Perdu, tahunan, tinggi 3-10 cm.
Batang : Berkayu, bulat, tegak, muda berduri tempel, tua tak berduri, percabangan simpodial, warna hijau.
Daun : tunggal, berseling, bulat, menjari, berwarna hijau, tangkai daun bulat dengan panjang 2,5-25 cm warna daun hijau.
Bunga : majemuk, bentuk malai, ketiak daun. Kelopak banyak dan duduk ditengah bunga, mahkota tepas, halus, panjang 2-3 cm, berwarna putih.
Buah : berbentuk elips, diameteer 1,5 cm, bertangkai panjang dan berwarna coklat.
Biji : bening dan berbentu ginjal.
Akar : tunggang, dan berwarna coklat.
Khasiat : Daun tanaman ini berkhasiat sebagai obat penambah nafsu makan. Untuk penambah nafsu makan dipakai ± 25 gram daun Trevesia sundica, dicuci lalu dimakan sebagai lalapan.
Kandungan kimia : daun dan akar tanaman Terevesia sundica mengandung saponin, disamping itu akar dan batangnya mengandung polifenol, serta mengandung alkaloida.
Hisbiscus shizopetalus (Mast) Hook. F. ( Wora-wari gantung)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hisbiscus
Jenis : Hisbiscus shizopetalus (Mast) Hook.f
Nama umum : Wora-wari gantungng gbr. Hisbiscus shizopetalus (Mast) Hook.f
Nama daerah` : Wora-wari gantul, Wora-wari gantung ( Jawa Tengah)
Deskripsi
Habitus : perdu, menahun, tegak semu sedikit merunduk tinggi 2-3cm
Batang : Bulat, diameter 5-10 cm, percabangan rapat, permukaan kasar warna coklat kehitamam.
Daun : Tunggal duduk menyebar, berseling, mempunyai daun penumpu, tangkai silindris, panjang 3-5 cm warna coklat keunguan dengan bentuk daun oval sampai lonjong, panjang 3-5 cm lebar 3-5 cm unjung dan pangkal daun runcing, tepi bergelombang berlekuk dua, pertulangan daun menyirip, dan warna permukaan daun hijau.
Bunga : tunggal, diketiak daun, berkelamin ganda, kelopak berbnetuk tabung, ujung bercangap lima, berwarna hijau, benang sari dan putik menjuntai tersusun dalam tangkai yang panjangnya 5-8 cm, warna merah duduk ditengah cawan bunga, bakal buah menumpang, mahkota berlepasan bentuk tidak simetris, halus, panjang 5-10 cm warna merah.
Buah : Bentuk bulat telur dengan ujung yang meruncing, permukaan kasar dengan panjang 1-2 cm dan berwarna hijau.
BIji : bentuk lanset, kecil berjumlah banyak, dan berwarna coklat
Akar : Tunggang, dengan warna putih kehitaman
Ekologi dan penyebaranya :
Merupakan tumbuhan yang umum dibudidayakan dipinggir-pinggir jalan, kebun atau sebagai pagar. Tumbuh dari datatran rendah sampai menengah dari ketinggian 200-300 m diatas permukaan laut, berbunga dari bulan juni-september. Waktu panen yang tepat apri-mei.
Bagian yang digunakan :
Daun dan bunga dalam keadaan segar dan dalam keadaan kering.
Kegunaaan : Astrigent, anti radang, dan pencahar.
Khasiat dan pemanfaatan : Obat sakit perut, bunga wora-wari gantung segar sebanyak 30 gram, dorebus dengan 200ml air direbus sampai mendidih, setelah didinginkan diminum dua kali sehari pagi dan sore sama banyak
Kandungan Kimia : Daun dan bunga wora-wiri gantung mengandung saponin, kardenolin dan flavonoid, serta daun mengadung alkaloid
Celrondendron squamatum Vahl (Bunga pagoda)
Kalsifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Solanales
Suku : Verbenaceae
Marga : Clerondendron gbr. Celrondendron squamatum Vahl
Jenis : Celrondendron squamatum Vahl
Nama umum : Bunga pagoda
Bahasa daerah : Bunga panggil, Bunga Plun (Sumatera), Bunga pagoda (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Semak, tahunan tinggi 1-2 m
Batang : Tegak, bulat, sedikit bercabang putih kehitaman.
Daun : Tunggal, berseling, bentuk jantung, tepi beringgit, ujung runcing, pangkal bertoreh dalam, panjang 15-30 cm, lebar 10-25 cm, pertulangan melangkung, permukaan kasar, dan berwarna hijau.
Bunga : majemuk, bentuk payung, terletak di ujung batang atau cabang, tangkai silibdris, kelopak berbentuk corong bercanganp, lima helai, benang sari dan putik memanjang keluar dari tabung mahkota, mahkota berbentuk tabung ujung bercangap lima, panjang 5-10 mm berwarna oranye.
Buah : Kotak, beruang tiga atau empat, diameter ± 1 cm ungu.
Biji : Bulat telur, permukaan beralur jala, berwana putih
Akar : Tunggang, puth, kotor.
Khasiat : Daun Celrondendron squamatum Vahl berkhasiat sebagai obat radang, haid tidaj teratur, dan untuk tekanan darah tinggi.
Untuk obat radang dipakai ± 5 grram daun segar Celrondendron squamatum , direbus dengan tiga gelas air selama 15 menit, kemudian disaring, dan hasil saringan diminum dua kali sehari pagi dan sore sama banyak.
Kandungan Kimia :
Daun, bunga, dan batang Celrondendron squamatum mengandung saponin dan polifenol. Disamping itu daun dan batangnya mengandung alkaloida dan favonoida.
Clausena anisum-Olens Merr (adas anis)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Clausena gbr. Clausena anisum-Olens Merr (adas anis)
Jenis : Clausena anisum-Olens Merr
Nama umum : Adas anis
Nama Daerah : Adas anis (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Perdu, tegak tinggi 2-4cm
Batang : Bulat, sedikit bercabang, permukaan kasar berwarna hitam.
Daun : Majemuk, menyirip ganjil, duduk berseling, anak daun berbentuk lonjong sampai lanset, tidak simetris, ujung dan pangkal runcing, tepi bergelombang, panjang 5-8 cm lebar 2-8 cm, petulangan menyirip tegas, permukaan licin, warna hijau mengkilat jika diremas berbau harum menyerupai buah adas.
Bunga : Majemuk, letak di terminal, ketiak daun, berbentuk malai, bunga sempurna kelopak berbentuk cawan, ujung lepas, runcing hijau, mahkota berlepasan berbagi lima, berbentuk sedok, ujung tumpul tebal, duduk mengelilingi cawan bunga putik duduk diatas bakal buah warna putih gading.
Buah : Bulat, tunggal, diameter 3-5 mm, lunak, dan berwarna putih kekuning-kuningan.
Biji : Bentuk bulat telur, keras, berwarna puith kekuningan.
Akar : Tunggang berwarna putih kehitaman.
Bagian yang digunakan :
daun dalam keadaan segar atau daun yang telah dikeringkan
Kegunaan :
Penghangat badan, anti radang dan antiseptik.
Khasiat dan pemanfaatan
1. Obat sakit paerut, daun adas anis sebanyak 30 gram, direbus dengan 200 ml air sampai mendidih selama lima menit, disaring dann setelah dingin diminum sekaligus.
2. Obat sakit kepala (Pusing), Daun adas anis segar sebanyak 60 gram, direbus dengan air 400 ml selama `15 menit, disaring dan diminum dua kali sehari pagi dan sore.Kandungan Kimia :Daun adas anis mengandung alkaloida, flavonoid, polifenol, da minyak atsiri.
Pitchecollobium dulce (Roxb) Benth.(Asam landa)
Kalsifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Resales
Suku : Leguminase
Marga : Pithecollibium gbr. Pitchecollobium dulce (Roxb) Benth. (Asam landa)
Jenis : Pitchecollobium dulce (Roxb) Benth.
Nama umum : Adas anis
Nama daerah : asam karanji (sunda), Asem landa (Jawa)
Deskripsi
Habitus : pohon, ti nggi ± 10 m.
Batang : Tegak, bulat, berkayu, berduri, percabangan simpodial, hijau keputih-putihan.
Daun : Majemuk, lonjong, menyirip berhadapan, Panjang ± 2,5 cm, Lebar ± 1cm, tepi rata ujung dan pangkal tumpul, tangkai bulat, panjang ± 1 cm hijau keunguan.
Bunga : Majemuk, diujung batang, tangkai bulat, panjang 1-1,5 cm, hijau keputih-putihan, kelopak berbentuk terompet hijau keputih-putihan, benang sari bertangkai bulat panjang± 1 cm, jumlah banyak berwarna putih, pipih panjang 0,5 -0,8 cm, mahkota lonjong merah.
Buah : Polong, lonjong, hijau keputih-putihan
Biji : Bulat, pipih, hitam.
Akar : Tunggang, pipih.
Khasiat : daun Pitchecollobium dulce berkhasiat sebagai obat sariawan, untuk obat sariawan dipakai ± 2 gram daun muda Pitchecollobium dulce, dikunyah-kunyah sampai halus, biarkan 1-2 menit didalam mulut, kemudian ampasnya dibuang.
Kandungan Kimia :
Daun dan batang Pitchecollobium dulce mengandung saponin dan flavonoida, selain itu batang dan kulit batangnya juga mengandung tanin.
Allium cepa (Bawang merah)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium cepa gbr. Allium cepa
Nama umum : Bawang merah
Nama daerah : Brambang (Jawa), bawang abang mirah (Aceh), Pia (Batak karo) Bawang abang (palembang),
Deskripsi
Habitus : Herba, semusim, Tinggi 40-60 cm.
Batang : Tidak berbatang berumbi lapis merah keputih-putihan, berlobang, berbentuk lurus, ujung runcing, tepi rata, panjang ± 50 cm, lebar 0,5 cm, menebal dan berdaging serta mengandung persedian makanan yang terdiri atas subang yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, hijau.
Daun : Tunggal, memeluk umbi lapis
Bunga : Majemuk berbentuk bongkol, bertangkai silindris, panjang ± 40 cm, hijau, putik menancap pada dasar bunga , mahkota berbentuk bulat telur, ujung runcing, tengahnya bergaris putih.
Buah : Batu, bulat, dan berwarna hijau.
Biji : segitiga, berwarna hitsm.
Akar : Serabut , berwarna putih.
Khasiat : umbi lapis Allium cepa selain sbagai bumbu, juga bermanfaat sebagai obat. Diantaranya adalah sebagai penurun panas dipakai ± 20 gram Umbi lapis Allium cepa, diparut, hasil parutan dicampur dengan 1 sendok makan minyak kelapa, dab dibalurkan dibadan
Averrhoa bilimbi L (Belimbing Wuluh)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Graniales
Suku : Oxalidaceae
Marga : Averrhoa
Jenis : Averrhoa bilimbi L gbr. Averrhoa bilimbi L (Belimbing wuluh)
Nama umum : Belimbing wuluh
Nama daerah : Belimingk Tunyuk (Dayak), Limeng (aceh), Balimbing (Sunda).
Deskripsi
Habitus : Pohon, tinggi 5-10 m
Batang : Tegak, bercabang-cabang, permukaan kasar, banyak tonjolan, hijau kotor.
Daun : Majemuk, menyirip anak daun 25-45 helai, bulat telur, ujung meruncing, pangkal membulat, panjang 7-`10 cm , lebar 1-3 cm. bertangkai pendek, pertulangan menyirip, hijau muda/hijau.
Bunga : Majemuk, brntuk malai, pada tonjolan batang dan cabang mengantung, panjang 5-20 cm, kelopak ± 6 mm merah daun mahkota bergandengan bentuk lanset , ungu.
Buah : Bulat, pnjang 4-6 cm, hijau kekuningan.
Biji : Lanset atau segitiga, saat masih muda berwarna hijau namun setelah tua berwarna kuning kehijauan
Akar :Tunggang, Coklat kehitaman.
Khasiat
Bunga Averrhoa bilimbi berkhasiat sebagai obat batuk, buahnya berkhasiat sebagai obat sariawan dan daunnya berkhasiat sebagai obat encok, obat penurun panas da obat gondok.
Untuk obat batuk dipakai bunga segar Averrhoa bilimbi ±11 gram lalu diberi gula jawa ± 5 gram, direbus dengan satu gelas air selama 15 menit, disaring, kemudian sehari dua kali pagi dan sore sama banyak.
Kandungan kimia : Daun buah dan batang Averrhoa bilimbi terdapat saponin da flavonoida disamping itu daunya juga mengandung tanin dan batangnya mengandungalkaloida dan polifenol.
Zinger purpureum Roxb.(Bengle)
Sinonim : Zingiber cassumunar Roxb.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zngiberceae
Marga : Zingiber gbr. Zinger purpureum Roxb.(Bengle)
Jenis : Zinger purpureum Roxb.
Nama dagang : Bengle
Nama daerah : Bang as (Dayak), Bale( Makasar), pangisi (Sunda)
Deskripsi
Habitus : Herba, semusim, tinggi 1-1,5 cm
Batang : Semu, Hijau
Daun : Tunggal, lonjong, tipis, pangkal tumpul, ujung runcing, tepi rata,berbulu, panjang 23-25 cm, lebar 20-25 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk tandan, diujung batang, panjang 5-10 cm. lebar 4-5 cm, ujung bersegi, hijau kemerah-merahan.
Akar : Serabut, Putih kotor.
Khasiat : Rimpang Zinger purpureum berkhasiat sebagai obat demam, obat sakit perut, obat sembelit, Obat masuk angin, obat cacing dan obat encok.
Untuk obat demam, ± 15 gram rimpang segar Zinger purpureum dicuci, kemudian diparut, diperas, ditambah ½ gelas air panas dan dua sendok makan madu, diminum dua kali sehari sama banyak pagi dan sore.
Kandungan kimia : Rimpang Zinger purpureum mengandung saponin dan flavonoidadisamping minyak atsiri.
Aneilema malabaricum (L) Merr (Brambangan)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Bromoliales
Suku : Commelinaceae
Marga : Aneilema gbr. Aneilema malabariricum (L) Merr (Brambangan)
Jenis : Aneilema malabariricum (L) Merr
Nama umum : Brambangan
Nama Daerah : Gewor (sunda), Brambangan (Jawa), Djeboran (Madura)
Deskripsi
Habitus : Herba, semusim, membentuk stolon, panjang 10-50 cm.
Batang : Menjalar dan merambat, bulat, berwarna hijau keunguan.
Daun : Tunggal, roset akar, berseling, bentuk pita, panjang 3-15 cm, lebar 1-3 cm, tepi rata pertulangan sejajar.
Bunga : Majemuk, di ujung batang atau ketiak daun, terdiri dari 2-3 cabang, benang sari 6 buah, mahkots tiga helai berwarna ungu atau biru.
Buah : Kotak,Lonjong, Panjang 0,4-0,6 cm, berwarna hijau.
Biji : Lonjong, keras dan berwarna coklat.
Akar : Serabut Putih.
Khasiat : Herba Aneilema malabaricum berkhasiat untuk pelancar air seni.
Untuk memperlancar air seni dipakai ± 10 gram herba segar Aneilema malabaricum , kemudian diseduh dengan 1 gelas air panas selama 15 menit, disaring dan hassil saringan diminum sekalius.
Kandungan Kimia : Daun Aneilema malabaricum mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.
Galinsoga parviflora Cav. (Bribli)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Compositae
Marga : Galinsoga
Jenis : Galinsoga parviflora Cav. Gbr. Galinsoga parviflora Cav. (Bribli)
Nama umum : Bribli
Nama daerah : Jakut minggu (Sunda), Bribli (Jawa tengah) Bakatombaran (Madura)
Deskripsi
Habitus : Semak, Semusim, tinggi 30-60 cm
Batang : Tegak , lunak,bulat, beruas-ruas, bercabang, berwarna hijau.
Daun : Tunggal, berhadapan, duduk pada tiap bukubulat telur, ujungmeruncing, tepi bergerigi, pangkal runcing, pertulangan menyirip, panjang 3-5,5 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna Hijau.
Bunga : Bongkol, bulat, di ujung batang, kelopak bentuk mangkok, ujung bertaju, berwarna hijau, ujung benang sari kuning,benang sari lepas, ujung putik bercabang dua, berwarna kuning, mahkota terdiri dari lima helai daun mahkota, berwarna putih.
Buah : Keras dan berbulu, serta berwarna ungu.
Biji : Kecil, Pipih dan berwarna hitam.
Khasiat : Herba Galinsoga parviflora berkhasiat sebagai peluruh air seni
Untuk peluruh air seni dipakai ± 150 gram herba segar Galinsoga parviflora dicuci kemudian dikukus selama 15 menit, setelah dinngin kemudian dimakan sekaligus
Kandungan Kimia : Herba Galinsoga parviflora mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.
Phaseolus vulgaris L. (Buncis)
Kalsifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Resales
Suku : Papilionaceae
Marga : Phaseolus gbr. Phaseolus vulgaris L. (Buncis)
Jenis : Phaseolus vulgaris L.
Nama umum : Buncis
Nama Daerah : Kacang buncis (Sunda), Boncis (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Semak, menjalar, panjang 2-3 cm.
Batang : Tegak, Bulat, lunak, membelit, berwarna hijau.
Daun : Majemuk, lonjong, panjang 9-13 cm. lebar 5-9 cm. berambut, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, tangkai persegi, beranak daun hijau tua.
Bunga : Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai panjang ± 5 cm, hijau keunguan, kelopak berbentuk segitiga, berambut, panjang 2-3 cm, mahkota berbentuk kupu-kupu, ungu, benang sari berlekatan, putik berambut, dan berwarna ungu.
Buah : Polong, Panjang ± 10 cm, masih muda hijau kekuningan setelah tua akan berubah menjadi coklat.
Biji : Lonjong, Mengkilat,permukaan licin dan berwarna putih.
Akar : tunggang, Kuning Kotor.
Khasiat : Buah Phaseolus vulgaris berkhasiat sebagai peluruh air seni dan daun mudanya untuk menambah zat besi
Untuk peluruh air seni, dipakai ± 50 gram buah segar dari Phaseolus vulgaris, dicuci dan dikukus sampai matang. Dan dimakan sebagai lalp atau teman nasi.
Kandungan Kimia : Buah, daun, batang, Phaseolus vulgaris mengandungnsaponin dan polifenol, selain itu daunnya juga menngandung flavonoida.
Ulium brownii F.E Brown (Bunga lili)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Alismatales
Suku : Liliaceae
Marga : Llilium
Jenis : Ulium brownii F.E Brown gbr. Ulium brownii F.E Brown (Bunga Lili)
Nama umum : Bunga lili
Nama daerah : Bunga lili (Jawa)
Deskripsi
Habitus : Herba, setahun, tinggi 50-100 cm
Batang : Tegak, masif, bulat, pada permukaan terdapat bekas duduk daun, dan berwarna hijau.
Daun : Tunggal, berseling, lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 10-15 cm, lebar 2-3 cm, pertulangan daun sejajar, licin dan berwarna hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk payung, terdiri dari 3-5 bunga, terdapat daun penumpu di setiap tangkai bunga, benang sari 6, kepala putik terbelah tiga, berwarna putih, dasar bunga berlekatan, ujung lepas dan berwarna putih terdiri dari enem helai.
Buah : Kotak, Beruang Tiga, terdapat banyak biji, panjang 1-2 cm, masih muda hijau, setelah tua hitam.
Bulat : bulat pipih, berwarna hitam.
Akar : Serabut, membentuk umbi, putih kekuningan.
Khasiat : Umbi Ulium browni F.E Brownii, ,berkhasiat sebagai obat batu kering, batuk influensa dan juga jamu untuk demam. Untuk obat batuk kering, dipakai ± 15 gram umbi Ulium brownii yang sudah kering lalu ditumbuk halus dan diseduh dengan 1 gelas air panas, kemudian disaring, diminum sekaligus dua kali sehari pagi dan sore
Kandungan Kimia Daun dan umbi Ulium brownii mengandung alkaloida, saponin dan polifenol, disamping itu umbinya juga mengandung flavonoida.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Curcuma Domestica. http://www.portal-iptek.com. Diunduh tanggal 5 juni 2009.
Anonim. 2006. Kurkumin. http://www.wikipedia.org. diunduh tanggal 5 juni 2009.
Anonim.2007. Katalog Dalam Terbitan Ramuan Tradisional. Jakarta: Agromedia Pustaka
Prawirosujanto. 1997. Materia Medika Indonesia. jilid I. 47–52. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Sinaga, E. 2002. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Indonesia Curcuma
Domestica. http://www.iptek.apjii.unas.or.id. diunduh tanggal 5 juni 2009.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar